THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

dO yOu KnOw wHO i'M .........? ? ?

Tarakan, Kalimantan Timur, Indonesia
Loe tauk tag c¡¡Hh........ nama lengkap gw tuch Frans¡Sca Setyan¡Ngs¡H (c¡Apha yg nanya????),,, b¡Asa d¡ Ckola d¡Pangg¡L s¡Sca...... Low d¡ Rumah b¡Asa d¡Pangg¡L q¡Qa............ anag pertama ry 3 besaudara,,, pengen banget punya kakak cowo........... tag suka berkomentar banyak & bla... bla... bla... bla...

Kamis, 23 Oktober 2008

Berhentilah Jadi Gelas

Seorang guru mendatangi muridnya (Reno), ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum.
Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata sang guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.
"Asin... dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa mereka ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murud menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin di mulutnya, tapi tak dilakukannnya. Rasanya tak sopan meludah dihadapan gurunya, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si muid menangkupkan kedua tanganya, mengambil air danau dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya.

Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, sang guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar... segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja danau ini berasal dari aliran sumber air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata sang guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu sperti segenggem garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya sengenggam gram. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang hidupmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah.
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang nabi, yang bebas sari penderitaan. Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu jadi sebesar danau."

to be cont¡Nue---->

Selasa, 07 Oktober 2008

AkTiviTas buLan RamaDhaN 2008

Bulan Ramadhan kemarin nggak ngapa-ngapain, paling kayak hari-hari biasanya aja. Nggak buat sesuatu yang baru. Padahal liburan kemarin aku pengen kemah lagi, tapi sayangnya tendanya nggak ada, lagi dipake. Jadi ekskul PMRnya cuma buat main-main aja. Tapi bulan September kemarin ada senengnya juga loh!!! soalnya aku sama teman-teman jalan lebarannya ke tempat yang jauh-jauh..

Seru ! ! !
Ngabisin bensin . . . . . . .

Rabu, 01 Oktober 2008

Makna Sumpah Pemuda

Perlu diingat bahwa setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Namun, sayangnya, peringatan hari yang amat penting ini, terasa sudah kehilangan semangatnya yang berkobar. Jarang sekali terdengar adanya suara-suara dari para pemuda-pemudi akan semangat Hari Sumpah Pemuda ini. Masih ada di dalam benak kita sampai saat ini, Sumpah Pemuda menjadi titik awal bagi kebangkitan nasional kita, dan persatuan dan kesatuan Indonesia. Peringatan Hari Sumpah Pemuda tidak kalah pentingnya dengan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Hari Pahlawan 10 November, ataupun Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Jujur, saya sebenarnya hampir lupa kalau 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda, dan saya tidak seberapa mengurus tentang adanya Sumpah Pemuda. Secara kita anak muda jaman sekarang sudah mulai melupakan apa itu arti Sumpah Pemuda. Memang sih… baik juga kita menilik dan menghargai orang-orang yang telah memperjuangkan kehidupan kita saat ini, tanpa mereka kita nggak akan ada di Indonesia yang seperti sekarang ini. Tapi kalau melihat kebelakang terus, kapan Indonesia bias maju. Secara masa depan kita masih kurang menjanjikan untuk sebuah Negara yang akan menjadi Negara maju. Seharusnya yang ada adalah Sumpah Pemuda yang sekarang ini, untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kita melihat masa lampau hanya sebagai acuan demi masa depan. Kalau masa lampau bias seperti itu, kenapa masa depan tidak bisa lebih baik!!!

Saat ini, ketika negara dan bangsa kita sedang dilanda oleh berbagai krisis di banyak bidang, adalah amat penting bagi kita semua untuk menyimak kembali arti penting hari yang bersejarah ini, dan berusaha menghayati maknanya bagi kelangsungan kehidupan kita bersama. Selama ini, Hari Sumpah Pemuda telah diperingati dengan upacara-upacara yang kebanyakan dikemas dengan pidato-pidato para ?tokoh? yang kosong isinya, dan terlepas dari jiwa sejarah revolusioner yang melahirkannya.

Kini sudah waktunya lah, sekarang, bagi masyarakat sejarawan Indonesia untuk memeriksa kembali berbagai aspek tentang lahirnya Sumpah Pemuda. Dan adalah kewajiban pemerintah dan berbagai lembaga negara kita untuk mengangkat kembali makna peringatan hari Sumpah Pemuda sebagai senjata ampuh dalam mempersatukan bangsa dan negara, yang sekarang sedang terancam oleh kondisi negara Indonesia yang kurang stabil. Dan oleh karena kita semua TIDAK BOLEH hanya menggantungkan harapan kepada kemauan atau kemampuan para tokoh (kaum elite atau kalangan atasan) saja, maka obor Hari Sumpah Pemuda haruslah untuk selanjutnya dipanggul oleh kita bersama, pemudi-pemuda, anak-anak remaja, masyarakat, pemerintah, partai politik, ataupun lembaga-lembaga LSM terkait lainnya.


Sebenarnya apa makna Sumpah Pemuda yang sesungguhnya untuk kita ?
Ketika beraneka-ragam kecenderungan permusuhan atau perpecahan mulai nampak membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita, maka mengisi Hari Sumpah Pemuda dengan jiwa aslinya adalah amat penting, dengan semangat dan jiwa persatuan dan kesatuan bangsa. Perlulah diingat bahwa Sumpah Pemuda yang dilahirkan sebagai hasil Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta adalah perjuangan yang gemilang dari hasrat kuat kalangan muda Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku dan agama, untuk menggalang persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda.
Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) inilah kongres pemuda itu telah melahirkan Sumpah yang berbunyi :
• PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
• KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
• KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Saat dimana merenungkan kembali makna penting Sumpah Pemuda, mungkin perlu kita pertanyakan apakah Sumpah Pemuda benar-benar telah dihayati oleh Orde Baru beserta para pendukungnya? Memang, selama Orde Baru ada juga upacara-upacara peringatan. Namun, kebanyakan hanyalah bersifat ritual dan rutine yang tidak ada "api"-nya lagi. Seperti halnya Pancasila, Orde Baru beserta para pendukungnya telah mencabut roh Pancasila yang sebenarnya, atau melecehkannya sehingga menjadi barang busuk. Orde Baru telah memalsu dan menghina Pancasila, dengan membunuh jiwa perjuangan revolusioner Bung Karno. Para pendukung Orde Baru telah memperlacurkan Pancasila, atau, telah memalsukannya selama puluhan tahun. Jelaslah kiranya, bahwa Pancasila tidak bisa dihayati secara penuh dan murni kalau mengkhianati Bung Karno, penciptanya. Dan, justru inilah yang telah dilakukan oleh para pendukung Orde Baru.

Demikian juga halnya dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah
kontrak sosial atau kontrak politik bersejarah , yang telah dibuat secara
khidmat bersama-sama oleh angkatan muda dari berbagai golongan suku, agama, aliran politik. Perjuangan revolusioner Sarekat Islam, pembrontakan PKI dalam tahun 1926 terhadap kekuasaan kolonial Belanda, perjuangan kaum muda Batak, Aceh, Melayu, Minangkabau, Sunda, Jawa, Bali, Menado, Ambon dan lain-lain suku (ma'af bagi yang tak tersebut di sini) adalah "api" Sumpah Pemuda. Dengan kalimat lain : obor Sumpah Pemuda telah dinyalakan bersama-sama oleh golongan Islam, Katolik, Protestan, nasionalis, sosialis, komunis, humanis, dan lain-lainnya lagi.

Aspek-aspek penting inilah yang harus kita camkan bersama-sama dalam
hati kita masing-masing, ketika dewasa ini negara dan bangsa kita sedang
menghadapi berbagai krisis. Sebab, kecenderungan-kecenderungan negatif sudah makin terdengar di sana-sini, yang bisa membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa kita. Sebagai akibat politik pemerintahan Orde Baru, telah
muncul permusuhan dan pertentangan suku, agama, dan aliran politik. Sebagian dari golongan reaksioner Islam telah memunculkan isyu-isyu keagamaan dan kesukuan yang berbahaya. Golongan yang menganut faham politik marxis, sosialis atau komunis telah dikucilkan selama puluhan tahun. Pelaksanaan otonomi daerah telah disalahgunakan oleh para oknum korup dan anti-rakyat di banyak daerah.

Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua bahwa Indonesia ini adalah
milik kita bersama, tidak peduli dari kalangan agama atau suku yang mana pun, atau dari kalangan aliran politik yang bagaimana pun. Sumpah Pemuda telah meng-ikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah-air dan satu
bahasa. Tetapi, Sumpah Pemuda hanya bisa betul-betul dihayati atau dipatuhi, kalau semua merasa mendapat perlakuan yang adil. Sumpah Pemuda hanya biasa betul-betul diakui atau ditaati secara bersama dengan sepenuh hati, kalau semua merasa dihargai setara. Adalah pengkhianatan terhadap Sumpah Pemuda, kalau ada golongan yang mau memaksakan secara sewenang-wenang faham keagamaannya atau aliran politiknya. Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua, bahwa di Indonesia tidak boleh ada golongan yang merasa ditindas, dianak-tirikan, dikucilkan, atau diabaikan.

Dalam perjuangan panjang dan berliku-liku untuk merebut kemerdekaan
nasional, Sumpah Pemuda telah merupakan senjata yang ampuh bagi banyak
golongan. Dan dalam perjuangan panjang ini telah gugur banyak orang,
dan banyak pula yang telah mengorbankan sebagian dari hidup mereka dalam penderitaan. Sekarang ini, setelah bangsa kita sudah merdeka, Sumpah Pemuda masih perlu kita kibarkan terus, dalam menghadapi berbagai persoalan nasional maupun ingernasional. Negara dan bangsa yang sudah dirusak secara besar-besaran oleh Orde Baru harus kita bangun kembali lewat reformasi di segala bidang. Kita semua sedang menghadapi berbagai akibat globalisasi ekonomi dan globalisasi komunikasi. Kita juga sedang menghadapi berbagai dampak dari aksi-aksi terorisme, baik yang dilakukan di tingkat nasional maupun internasional.

Kita semua belum tahu bagaimana dan apa kelanjutan dari peristiwa
peledakan bom terror di Bali. Dan kita juga tidak tahu apakah Irak memang akan diserang oleh Amerika Serikat. Namun, yang sudah jelas yalah bahwa
kita semua perlu tetap mengibarkan panji-panji Sumpah Pemuda, dalam
menghadapi berbagai prahara politik, sosial dan ekonomi, yang mungkin akan muncul lebih serius di masa datang.

Dalam merenungkan kembali arti penting Sumpah Pemuda, serta semangat dan jiwa asli Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam tahun 1928, kita perlu berusaha bersama-sama untuk menjadikan Indonesia yang berpenduduk 210 juta orang ini sebagai milik kita bersama. Indonesia adalah untuk semua golongan, yang merupakan berbagai komponen bangsa. Dengan kesetiaan terhadap Sumpah Pemuda, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila kita perlu berjuang terus bersama-sama demi kepentingan seluruh rakyat, demi kesejahteraan dan kedamaian berbagai golongan suku, keturunan, agama, dan aliran politik.

bung Karno mengatakan "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya". Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah kita para penerus bangsa ini menghargai para Founding Father's Negeri ini??? jawabnya adalah BELUM...!!!

Mari sahabat2ku kita bangun negeri tercinta ini mulai dari diri kita sendiri, mulai dari daerah kita sendiri, mulai dari hal yang kecil.
TARAKAN MILIK KITA BERSAMA
INDONESIA MILIK KITA BERSAMA

mari kita jaga bersama warisan dari para pendiri bangsa ini.OK..!!

Makna Puasa Agama Katolik

Berpuasa dan berpantang pada masa prapaskah sangat berkaitan erat dengan iman kita kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus telah berpuasa selama empat puluh hari sebelum tampil untuk berkarya di depan umum. Kerena itu, dalam berpuasa Yesus menyiapkan diri untuk berkarya secara nyata di tengah masyarakat. Begitu pula dengan pertobatan. Tidak cukup kalu pertobatan itu hanya terjadi di dalam hati. Pertobatan harus dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan nyata. Sikap pertobatan sangat berkaitan dengan iman. Sehingga kalau iman harus dinyatakan dalam perbuatan maka begitu pula dengan pertobatan.

Oleh sebab itu, pada awal amanatnya dalam pembukaan masa Prapaskah tahun 1973 yang lalu, Paus Paulus VI mengingatkan umat Katolik di seluruh dunia, bahwa masa prapaskah merupakan waktu untuk pengikaran diri dan tobat, dan juga waktu untuk persahabatan dan setia kawan. Karena itu, setiap pribadi Katolik hendaknya benar-benar berusaha turut merasakan dan mengatasi penderitaan dan kemelaratan yang ditanggung para saudara tanpa melihat siapakah dia itu. Oleh sebab itu, Paus meminta setiap pribadi ataupun kelompok memberikan sumbangan material dan tenaga ataupun inspirasi untuk suatu perkembangan jasmani dan rohani bagi semua orang. Karena itu, segala perbuatan amal selama puasa harus merupakan ungkapan persatuan dan persaudaraan.

Persoalan bagi kita sekarang ini adalah penghayatan iman kerap hanya berhubungan dengan tata upacara atau ibadat, seperti hadir dalam misa kudus atau perayaan-perayaan ritual Gereja. Padahal menurut Yakobus, iman harus terwujud dalam tindakan-tindakan yang sesuai dengan injil. Harus bergema dalam seluruh kehidupan orang beriman.

Kebiasaan berpuasa dan berpantang, dalam Gereja Katolik, berlangsung selama 40 hari, yaitu pada masa Prapaskah. Selama masa Prapaskah ini umat beriman Katolik diajak untuk menjalankan dan menghayati arti mati raga sebagai wujud pertobatan. Puasa dan pantang, yang menjadi praktek Gereja Katolik, sangatlah sederhana dan mudah. Puasa hanya terjadi 2 kali, yaitu hari Rabu Abu dan Jumat Agung, dengan cara makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang terjadi 8 kali, yaitu hari Rabu Abu, enam hari Jumat lain selama Prapaskah, dan Jumat Agung. Paraktek berpantang ini biasanya meliputi tidak makan daging atau ikan atau garam atau tidak jajan atau tidak merokok. Puasa dan pantang jangan hanya dilihat dari segi lahiriahnya, tetapi hendaknya dipahami dan dihayati sebagai sarana agar dapat mewujudkan sikap tobat, sehingga dapat berkenan dihadirat Allah.

Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.

Pertobatan umat beriman Katolik, yang telah berbuat dosa dihadirat Allah, tidak hanya diwujudkan dalam bentuk kata-kata “Aku menyesal atau bertobat” atau dengan laku mati raga, tetapi hendaknya diwujudkan dalam bentuk penerimaan sakramen Tobat atau Pengampunan Dosa. Dalam dan melalui sakramen ini, relasi yang retak dan bahkan putus dipulihkan kembali, umat beriman Katolik boleh menglami pendamaian dengan Allah dan sesamanya. Dengan mengaku dosa, umat beriman Katolik membangun sikap dan semangat rendah hati dihadirat Allah dan sesama, selain itu umat beriman Katolik mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya agar hidupnya semakin sempurna.

Sambutlah Tubuh Tuhan pada masa Prapaskah.

Paskah merupakan saat kebangkitan Yesus Kristus. Yesus bangkit agar manusia mengalami sukacita karena ditebus dan diselamatkan. Karya penebusan Yesus tampak secara nyata dalam parayaan Ekaristi pada hari raya yang diwajibkan, maka Gereja mengajak umat beriman Katolik untuk merayakan Ekaristi setidak-tidaknya sekali setahun, yaitu pada hari raya Paskah, dan menyambut Tubuh Kristus sebagai wujud nyata kehadiran Allah yang menyelamatkan.

Dari rumusan dan uraian diatas, dapat disimpulkan apa itu “Makna Puasa” sebagi berikut :

1. Mengajari kita tentang “Keseimbangan Hidup”, tahu bagaimana lapar ataupun kenyang, yang membuat seorang bijaksana.

2. Puasa dapat menumbuhkan cinta kasih dan solidaritas kepada sesama, mengasah katajaman batin dan kepekaan nurani. Hanya mereka yang pernah lapar yang dapat mengerti apa arti kelaparan itu.

3. Puasa secara mencolok menunjukan ketergantungan kepada Tuhan. Dengan berpuasa manusia diingatkan akan kelemahan dasar dan ketergantungannya kepada sang Pencipta.

4. Dengan puasa mengajarkan kita tentang perlu adanya pengekangan ataupun pengendalian diri dari nafsu : nafsu makan, nafsu serakah, nafsu berkuasa, nafsu membalas, atau nafsu-nafsu lainnya. Puasa mengajarkan disiplin dan keteguhan diri. Mereka yang menjalankan puasa secara benar, tidak akan mengalami kesukaran mengendalikan keinginannya serta menolak godaan.