THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

dO yOu KnOw wHO i'M .........? ? ?

Tarakan, Kalimantan Timur, Indonesia
Loe tauk tag c¡¡Hh........ nama lengkap gw tuch Frans¡Sca Setyan¡Ngs¡H (c¡Apha yg nanya????),,, b¡Asa d¡ Ckola d¡Pangg¡L s¡Sca...... Low d¡ Rumah b¡Asa d¡Pangg¡L q¡Qa............ anag pertama ry 3 besaudara,,, pengen banget punya kakak cowo........... tag suka berkomentar banyak & bla... bla... bla... bla...

Rabu, 01 Oktober 2008

Makna Puasa Agama Katolik

Berpuasa dan berpantang pada masa prapaskah sangat berkaitan erat dengan iman kita kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus telah berpuasa selama empat puluh hari sebelum tampil untuk berkarya di depan umum. Kerena itu, dalam berpuasa Yesus menyiapkan diri untuk berkarya secara nyata di tengah masyarakat. Begitu pula dengan pertobatan. Tidak cukup kalu pertobatan itu hanya terjadi di dalam hati. Pertobatan harus dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan nyata. Sikap pertobatan sangat berkaitan dengan iman. Sehingga kalau iman harus dinyatakan dalam perbuatan maka begitu pula dengan pertobatan.

Oleh sebab itu, pada awal amanatnya dalam pembukaan masa Prapaskah tahun 1973 yang lalu, Paus Paulus VI mengingatkan umat Katolik di seluruh dunia, bahwa masa prapaskah merupakan waktu untuk pengikaran diri dan tobat, dan juga waktu untuk persahabatan dan setia kawan. Karena itu, setiap pribadi Katolik hendaknya benar-benar berusaha turut merasakan dan mengatasi penderitaan dan kemelaratan yang ditanggung para saudara tanpa melihat siapakah dia itu. Oleh sebab itu, Paus meminta setiap pribadi ataupun kelompok memberikan sumbangan material dan tenaga ataupun inspirasi untuk suatu perkembangan jasmani dan rohani bagi semua orang. Karena itu, segala perbuatan amal selama puasa harus merupakan ungkapan persatuan dan persaudaraan.

Persoalan bagi kita sekarang ini adalah penghayatan iman kerap hanya berhubungan dengan tata upacara atau ibadat, seperti hadir dalam misa kudus atau perayaan-perayaan ritual Gereja. Padahal menurut Yakobus, iman harus terwujud dalam tindakan-tindakan yang sesuai dengan injil. Harus bergema dalam seluruh kehidupan orang beriman.

Kebiasaan berpuasa dan berpantang, dalam Gereja Katolik, berlangsung selama 40 hari, yaitu pada masa Prapaskah. Selama masa Prapaskah ini umat beriman Katolik diajak untuk menjalankan dan menghayati arti mati raga sebagai wujud pertobatan. Puasa dan pantang, yang menjadi praktek Gereja Katolik, sangatlah sederhana dan mudah. Puasa hanya terjadi 2 kali, yaitu hari Rabu Abu dan Jumat Agung, dengan cara makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang terjadi 8 kali, yaitu hari Rabu Abu, enam hari Jumat lain selama Prapaskah, dan Jumat Agung. Paraktek berpantang ini biasanya meliputi tidak makan daging atau ikan atau garam atau tidak jajan atau tidak merokok. Puasa dan pantang jangan hanya dilihat dari segi lahiriahnya, tetapi hendaknya dipahami dan dihayati sebagai sarana agar dapat mewujudkan sikap tobat, sehingga dapat berkenan dihadirat Allah.

Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.

Pertobatan umat beriman Katolik, yang telah berbuat dosa dihadirat Allah, tidak hanya diwujudkan dalam bentuk kata-kata “Aku menyesal atau bertobat” atau dengan laku mati raga, tetapi hendaknya diwujudkan dalam bentuk penerimaan sakramen Tobat atau Pengampunan Dosa. Dalam dan melalui sakramen ini, relasi yang retak dan bahkan putus dipulihkan kembali, umat beriman Katolik boleh menglami pendamaian dengan Allah dan sesamanya. Dengan mengaku dosa, umat beriman Katolik membangun sikap dan semangat rendah hati dihadirat Allah dan sesama, selain itu umat beriman Katolik mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya agar hidupnya semakin sempurna.

Sambutlah Tubuh Tuhan pada masa Prapaskah.

Paskah merupakan saat kebangkitan Yesus Kristus. Yesus bangkit agar manusia mengalami sukacita karena ditebus dan diselamatkan. Karya penebusan Yesus tampak secara nyata dalam parayaan Ekaristi pada hari raya yang diwajibkan, maka Gereja mengajak umat beriman Katolik untuk merayakan Ekaristi setidak-tidaknya sekali setahun, yaitu pada hari raya Paskah, dan menyambut Tubuh Kristus sebagai wujud nyata kehadiran Allah yang menyelamatkan.

Dari rumusan dan uraian diatas, dapat disimpulkan apa itu “Makna Puasa” sebagi berikut :

1. Mengajari kita tentang “Keseimbangan Hidup”, tahu bagaimana lapar ataupun kenyang, yang membuat seorang bijaksana.

2. Puasa dapat menumbuhkan cinta kasih dan solidaritas kepada sesama, mengasah katajaman batin dan kepekaan nurani. Hanya mereka yang pernah lapar yang dapat mengerti apa arti kelaparan itu.

3. Puasa secara mencolok menunjukan ketergantungan kepada Tuhan. Dengan berpuasa manusia diingatkan akan kelemahan dasar dan ketergantungannya kepada sang Pencipta.

4. Dengan puasa mengajarkan kita tentang perlu adanya pengekangan ataupun pengendalian diri dari nafsu : nafsu makan, nafsu serakah, nafsu berkuasa, nafsu membalas, atau nafsu-nafsu lainnya. Puasa mengajarkan disiplin dan keteguhan diri. Mereka yang menjalankan puasa secara benar, tidak akan mengalami kesukaran mengendalikan keinginannya serta menolak godaan.

0 komentar: